Notification

×

Iklan

Iklan

Cerita Kisah Nyata : Pelaku Riba Meninggal Dunia Terbakar, Hitam dan Hangus

Saturday, 13 January 2024 | 17:55 WIB Last Updated 2024-01-13T10:55:49Z
"Ilustrasi Penggalian liang kubur bagi para pelaku Riba"/Foto : JPNN


RADARDETIK.ID – Ternyata riba merupakan salah satu aktivitas transaksi yang diharamkan oleh agama Islam. Bahkan dosa Riba ternyata termasuk dalam dosa besar, dan pelaku dosa Riba mendapatkan siksaan yang berat seperti yang sudah dijelaskan dalam Surat Al Baqarah.


Jenis Riba terdiri dari lima macam yaitu : riba fadhl, riba yad, riba nasi'ah, riba qardh, dan riba jahilliyah. Riba tersebut secara tidak sadar ternyata menjadi kebiasaan Masyarakat Indonesia yang dilakukan sehari – hari dengan sengaja.


Salah satu Riba contohnya apabila seseorang meminjam uang dengan tenor dan bunga tertentu sehingga diakhir uang yang dikembalikan lebih besar daripada uang yang dipinjam. Kemudian contoh yang lain dalam dunia modern adalah : transaksi valas tidak tunai, bunga kartu kredit melebihi tempo pembayaran, transaksi leasing, bunga deposito, bunga tabungan, asuransi, penundaan dalam transaksi valas, dan lain-lain.


Sebuah kisah nyata terjadi di kota Jakarta. Kisah ini saya dengar dari salah seorang Ustadz dan juga diceritakan  oleh seseorang yang menyaksikan sendiri kisah tersebut. Ada  seorang manajer cabang sebuah bank tradisional yang nampaknya sangat bertakwa dalam hidupnya.


Beliau fasih dalam beribadah, sering berpuasa khitanan, beliau sangat dermawan dan gemar bersedekah. Sebenarnya beliau hampir setiap tahun menunaikan ibadah umroh.


Sedangkan untuk ibadah sunnah, beliau melakukan hampir semua ibadah yang biasa beliau lakukan. Hingga suatu hari manajer cabang bank biasa tiba-tiba meninggal dunia.


Memang tidak ada tanda-tanda  aneh dan semuanya tampak berjalan normal. Hingga ia dimakamkan, semuanya berjalan normal. Mungkin Allah ingin menunjukkan kekuasaan-Nya sebagai pelajaran bagi mereka yang ingin memahami bahwa  riba  memang  dosa besar yang tidak bisa dihapuskan dengan ibadah sunnah lainnya.


Sebuah peristiwa besar  terjadi. Segera setelah penguburan, sebelum Pentakziah kembali ke rumah, tiba-tiba rombongan jenazah baru tiba di tempat  yang sama. Mereka mengklaim bahwa kuburan yang disediakan untuk jenazah yang baru dikuburkan  sebenarnya atas nama jenazah keluarga mereka.


Jenazah baru juga akan dimakamkan di kuburan yang sama. Ketegangan pun muncul dan berujung pada perdebatan mengenai lokasi kuburan yang baru dikuburkan. Setelah ditelusuri lebih lanjut, diketahui bahwa pada hari dan waktu yang sama terdapat dua buah kuburan yang ditempatkan pada lokasi yang sama namun dengan jumlah lubang pengamatan yang berbeda.


Kesalahannya adalah penggali kubur membawa jenazah yang salah, sehingga kuburnya tertukar. Keluarga jenazah yang baru tiba bersikeras untuk menggali kembali jenazah yang terkubur karena nomor pemesanan rupanya tertukar.


Namun,  keluarga jenazah pertama yang mengumpulkan jenazah keluarganya  dan keberatan karena harus dibongkar lagi. Bagaimana seharusnya jenazah yang baru dikuburkan digali  untuk dipindahkan ke lubang pemakaman lain? Mereka tampak menolak dan bingung.


Ketegangan meningkat karena tidak ada pihak yang mau membuat konsesi. Alhasil, keluarga jenazah pertama pun harus mengalah karena kuburan bukan haknya. Apa mau dikata, akhirnya jenazah yang terkubur itu harus dibongkar.


Penggalian kemudian dilanjutkan kembali, tanahnya masih lembab dan tidak sulit untuk digali lagi. Lambat laun tanah runtuh dan papan-papan mulai bermunculan menutupi kuburan.


Namun, apa yang terjadi di depan mata mereka. Semua jamaah kaget karena papan penutup makam terbakar hitam. Tiba-tiba semua orang mengucap istighfar karena terkejut.


Keluarga korban pertama tak kuasa menahan air mata. Tak seorang pun dapat terus menggali. Keluarga jenazah kedua tiba-tiba kaget dan meminta agar penggalian tidak dilanjutkan. 


Mereka siap memilih kuburan pertukaran. Alhasil makam pun ditutup dalam penyesalan dan kesedihan yang mendalam. Ini adalah kisah nyata, tak perlu bertanya-tanya, kapan, dimana, mengapa, siapa yang melakukannya dan bagaimana kejadiannya.


Cerita ini adalah kisah nyata yang benar pernah terjadi bagi pelaku Riba seorang Pimpinan Cabang Bank Swasta. Kisah ini cukup menjadi pengingat dan doa bagi kita dan keluarga, agar kita dan keluarga  terhindar dari dosa ribawi dan fitnah kubur.


Dosa Riba merupakan dosa besar yang tidak bisa digantikan oleh amalan apapun kecuali berhenti melakukannya dan melakukan Taubatan nasuha kepada Allah SWT. 

×
Berita Terbaru Update