![]() |
"Konfrensi Pers Pengungkapan Pabrik Narkoba di Malang"/Foto : Kompas |
RADARDETIK.ID - Pada Rabu, 3 Juli 2024, puluhan polisi, termasuk yang bersenjata lengkap dan berpakaian biasa, berjaga di sebuah rumah di Jalan Bukit Barisan, Kota Malang. Namun, tulisan "pengungkapan Laboratorium Tersembunyi terbesar di Indonesia" terlihat jelas di dalam rumah. Xanax, ekstansi, dan ganja sintetis.
Tempat yang akan digunakan untuk konferensi pers masih menampilkan kursi yang ditulis oleh Kabareskrim, Kapolda Jawa Timur, Dirtipid Narkoba, Dirjen Bea Cukai, Ka Kanwil Jawa Timur, Dirjen Pas, Penjabat Wali Kota Malang, dan Kabid Humas Polda Jatim.
Di depan meja terdapat sejumlah barang bukti narkoba, termasuk drum atau tong, dan karung yang diduga berisi bahan narkoba.
Pegawai toko ritel yang terletak di dekat Laboratorium Clandestine terbesar di Indonesia, yang enggan disebutkan namanya, mengatakan bahwa ada sekitar enam orang yang tinggal di rumah ini. Mereka adalah laki-laki berusia antara dua puluh dan tiga puluh tahun. Karena mereka sering berbelanja di toko ritel, karyawan masih ingat wajah penghuni rumah yang sekarang digunakan sebagai pabrik narkoba.
Jika membeli sesuatu, enam orang biasanya berbicara dalam bahasa Indonesia, jadi biasanya berbicara dalam bahasa Indonesia saat berbicara. Dia mengatakan bahwa laki-laki semua usianya sekitar 20 tahunan masih muda.
Komjen Pol Wahyu Widada, Kabareskrim Polri, menyebut laboratorium clandestine atau pabrik narkoba di Klojen, Malang, Jawa Timur, sebagai pabrik narkoba terbesar di Indonesia.
Menurut Wahyu, para pelaku dapat menghasilkan hingga 1,2 ton tembakau sintetis atau sinte, yang menjadikannya pabrik narkoba terbesar di Indonesia.
Menurut Wahyu, Rabu (3/7/2024), "Kita sebut pabrik terbesar karena dia bisa memproduksi, terutama sintenya bisa memproduksi 1,2 ton. Ini yang terbesar yang pernah kita ungkap di Indonesia."
Pabrik narkoba itu juga membuat pil ekstasi dan xanax serta tembakau sintetis. Mereka dapat membuat ribuan pil dalam satu hari.
Wahyu mengatakan, “Kapasitas produksi ekstasi dan xanax sendiri, satu hari dia bisa produksi 4.000 butir. Bisa bayangkan beroperasi sebulan, bisa 120.000 (butir).”
Diketahui bahwa pabrik telah beroperasi selama dua bulan. Di sebuah rumah kontrakan yang disewa dengan alasan untuk digunakan sebagai kantor penyelenggara acara (EO), mereka membuat barang haram itu.
Seorang warga negara asing (WNA) mengarahkan pelaku melalui layanan Zoom Meeting selama proses pembuatan.
"Dalam proses pembuatannya, tidak dikendalikan secara langsung, tapi dari jarak jauh melalui aplikasi video conference melalui fasilitas online dengan pengendali seorang WNA yang saat ini dalam pencarian."
Para pelaku memasarkan narkoba yang dibuat jadi melalui Instagram dan mengirimkannya menggunakan jasa ekspedisi.