Notification

×

Iklan

Iklan

Mengkaji Korelasi Gerakan Ekstrimisme, Terorisme dan Ideologi Khilafah Ala Hizbut Tahrir

Saturday, 3 August 2024 | 21:56 WIB Last Updated 2024-08-03T14:56:13Z
"Koordinator Pusat Forum Cendikiawan Muda Indonesia Ramdhan Agung Giri Nugroho menyampaikan gagasan mengkaji Korelasi Gerakan Ekstrimisme"/Foto : Ramdhan


RADARDETIK.ID - Gerakan-gerakan Ekstrimisme, dan Terorisme masih menjadi momok di beberapa belahan dunia, termasuk Indonesia. Tak jarang gerakan ini menyasar pada sendi-sendi Politik suatu negara, Ekonomi, dan Hak Asasi Manusia, sehingga komplikasi masalah yang di ciptakan variabel nya akan terus meningkat seiring berjalannya waktu, jika tidak di iringi dengan metodologi pencegahan sejak dini yang mengena kepada Masyarakat.


Beberapa catatan sejarah kelam gerakan Ekstrimisme, dan Terorisme, berbasis Agama telah banyak terjadi, misal nya Arab Spring, pemberontakan Tunisia, dan perlawanan para kelompok-kelompok Khawarij di era Khulafahurasyidin, dan jika bicara pada skala lebih dekat tentu kita masih mengingat bagaimana pemberontakan, dan tragedi yang di ciptakan oleh Kartosuwiryo dengan ideologi Ekstrim nya, yang mendasari pada pemahaman Agama. 


Tidak hanya Islam, seluruh element penting Agama di Dunia memiliki sisi Ekstrimisme-nya sendiri, seperti pembantaian etnis Rohingnya di Myanmar oleh kelompok etnis Lokal yang berbasis pemahaman Budha Ekstrim, pembantaian Masyarakat Islam dan Kristen di India, oleh para ekstrimis Hindu, dan masih banyak contoh lainnya, yang bisa kita tarik kesimpulan, bahwa ‘Ekstrimisme, maupun Terorisme tidak bicara soal Agama’, melainkan bicara pelaku yang salah dalam mengartikan tafsir dan pemahaman Agama nya, sehingga mencoreng sisi baik Agamanya, dan menonjolkan sisi buruk yang sebenarnya bukan berasal dari Agama tersebut, melainkan murni hasil kesalahan dalam memahami tafsir Agama nya tersebut. 


Lalu bagaimana korelasi Antara ideologi Khilafah Ala Hizbut Tahrir, apakah Berkorelasi dengan gerakan Ekstrimisme, dan Terorisme? Jawabannya adalah “Iya” kedua nya berkorelasi, dan berkesinambungan. Memang dalam banyak gerakan, tulisan, maupun klaim, mereka selalu mengatakan bahwa Gerakan Dakwah Hizbut Tahrir, berlepas diri dari segala bentuk gerakan-gerakan Ekstrimisme, maupun terorisme, mereka selalu berkilah bahwa dakwah yang mereka bawakan sekedar dogma ideologi, bukan yang mengarah kepada ajakan, ataupun bujukan untuk meledakkan diri, dan ekstrimisme berbasis kekerasan fisik. 


Secara Kasat mata, klaim ini benar ada nya, namun tidak sepenuh nya benar, karena berawal dari dogma itu lah, dimana pemikiran berkembang, dan mencari yang lebih mereka gemari, seandainya orang gemar pedas maka tidak mungkin dia sebatas makan, makanan pedas itu saja, atau jenis cabai itu saja, pasti nya orang tersebut akan mencari, dan berusaha mencari kepedasan maksimal yang bisa memuaskan syahwat nya, begitupun dengan ideologi, ideologi yang di bawakan oleh Hizbut Tahrir, bagi para penganut nya, akan membuat mereka menjadi Candu, dan akan mencari yang lebih bisa mengakomodir hasrat mereka dalam jurang istilah “Menegakkan Islam yang Kaffah, dengan menerapkan sistem Khilafah”. 


Semua gerakan terorisme yang mencatut Islam sebagai tameng pembenaran atas tindakan biadab mereka. Pasti memiliki narasi, diksi, dan tujuan yang sama dengan kelompok-kelompok pengasong Khilafah seperti Hizbut Tahrir, yaitu diantaranya ingin menegakkan syariat Islam secara Kaffah, mendirikan Negara Khilafah, berjihad demi Syahid, dan narasi ke Islaman yang mereka jadikan alat, dan artikan lain untuk kepentingan pribadi, kelompok, serta ambisi politik mereka. 


Maka dari hal itu kita bisa melihat betapa dekat nya korelasi antara ideologi Khilafah ala Hizbut Tahrir, dengan gerakan Ekstrimisme, dan Terorisme di Dunia, dan khusus nya Indonesia, karena mereka memiliki beberapa kesamaan pemikiran, juga variabel yang saling mendukung satu sama lain. 


Misalnya, kelompok-kelompok Terorisme, mereka berpaham bahwa Pemerintahan Indonesia, atau negara manapun yang tidak menerapkan hukum, atau tidak berhukum dengan Hukum Islam adalah Thogut/pemerintahan Kafir, yang kemudian pemahaman demikian juga di miliki oleh kelompok Hizbut Tahrir di Indonesia, dan dunia, bahwa dimana setiap mereka berdiri, mereka akan mengatakan bahwa negara yang mereka tempati bukanlah negara Islam, dan tergolong negara Thogut/Kafir, karena tidak berhukum dengan Hukum Islam. 


Lalu variabel selanjutnya adalah, bahwa kelompok-kelompok Ahlul Bom mereka meyakini bahwa siapapun yang tidak membaiat/mengakui, Imam mereka maka termasuk orang-orang kafir, yang akan mati dalam keadaan Jahiliyah jika sampai wafat nya orang tersebut tidak juga menjadi bagian dari kelompok mereka/tidak membaiat kepada Imam/Amir/Pemimpin kelompok tersebut, hal serupa juga sama dengan apa yang di yakini, dan di terapkan oleh Kelompok Hizbut Tahrir. 


Bahwa siapapun yang tidak ber Baiat atau mengakui Imam mereka maka akan mati dalam keadaan Jahiliyah, sebagaimana kelompok Ahlul Bom pun meyakini yang demikian, dan kedua nya memiliki kesepakatan yang sama bahwa Presiden Republik Indonesia, bukanlah pemimpin/Ulil Amri, yang perlu di taati, karena tidak menjalankan hukum/tidak berhukum dengan hukum Islam dalam menjalankan roda pemerintahannya. 



Variabel selanjutnya, yang juga serupa antara kelompok terorisme, dan Ekstrimisme dengan Hizbut Tahrir adalah kedua nya sama-sama menentang Nasionalisme, kedua nya memiliki kesamaan ingin meruntuhkan Nasionalisme, dan beranggapan bahwa Nasionalisme adalah produk Barat, dalam upaya nya memerangi Islam, memecah belah Islam, dan mengkotak-kotakkan Islam. 


Dan dari banyak nya Variabel yang kami paparkan, maka jelas, kedua nya memiliki kesamaan Sifat, Ciri, dan tujuan, hanya saja Hizbut Tahrir memilih mengimplementasikan nya dengan metode Ilmiah, dan diskusi di ruang-ruang publik, sedangkan kelompok terorisme lainnya, mengimplementasikannya dengan gerakan tangan, sikap keras yang di aplikasikan pada tindakan. Namun tetap, kedua nya memiliki bahaya yang sama, Hizbut Tahrir, berpotensi menjadi pintu masuk, dan sangat mudah untuk para pengikut nya berpindah haluan menjadi Ekstrimisme dan Terorisme, karena kesamaan Variabel yang sudah kami paparkan diatas. 


Sedangkan Islam yang Haq, sesuai Manhaj para Salafush Shalil, yaitu Aswaja (Ahlusunnah Wal’Jama’ah), sangat menentang prinsip/variabel kelompok yang demikian, misalnya dari Aspek Nasionalisme, Ahlusunnah menilai secara koonferhensif, bahwa mencintai Tanah Air atau Nasionalisme adalah sebagian dari Iman, dan perintah Agama dalam Islam.


Sebagaimana yang Allah perintahkan, dan Rasull nya Contohkan, kedua mengenai Ulil Amri/pemimpin, dalam prinsip dasar Ahlusunnah Waljamaah, meyakini, dan mengimani, bahwa Presiden, maupun pemimpin suatu negara, yang walaupun hasil nya di hasilkan bukan dari produk Islam, maka dia tetap harus di anggap sebagai Ulil Amri/pemimpin kaum Muslimin, yang harus di taati dan di patuhi, sebagaimana dalil Al-Qur’an, dan Hadist sahih yang memerintahkan demikian, maka tidak lah berlaku Hadist Mati dalam keadaan Jahiliyah sebagaimana yang di klaim oleh kelompok Hizbut Tahrir, dan terosisme selama ini. 


Lagi pula, ahlusunnah Waljamaah, Meyakini bahwa negara yang tidak menerapkan Hukum Islam secara utuh, bahkan tidak sama sekali, bukanlah negara kafir/Thogut, selama kewajiban-kewajiban umat Islam, dan hak-hak umat Islam di fasilitasi, di penuhi, dan di jamin hak-hak beragama nya, dan hari ini Indonesia telah sukses dalam hal tersebut. 


Maka berdasarkan prinsip tersebut, kita bisa melihat, dan membedakan dengan garis tebal yang jelas, dan kongkrit, bahwa gerakan yang di Inisiasi, oleh Hizbut Tahrir, serta kelompok Terorisme lainnya, sangat jauh, juga bertentangan dengan prinsip Ahlusunnah Waljamaah yang sebenarnya, bahwa Islam sebagai Agama rahmatan lil Alamin, sangat mustahil mengajarkan kekerasan, dan radikalisme kepada penganut nya, apalagi sampai memakai kekerasan untuk menghilangkan nyawa atas nama Jihad. 


Ini murni kejahatan Kemanusiaan yang menjadikan islam sebagai tameng dan pelindung mereka untuk melegitimasi seolah apa yang mereka lakukan adalah perintah Tuhan. Dan disclaimer, kami sebagai umat Islam, meyakini, dan memahami, sesuai prinsip Ahlusunnah Waljamaah, bahwa Khilafah bukanlah suatu konsep ideologi yang berasal dari Islam, dan bukan produk Tuhan, sebagaimana yang di klaim oleh kelompok Teror, dan Hizbut Tahrir selama ini.


Penulis :

Ramdhan Agung Giri Nugroho 

Koordinator Pusat Forum Cendikiawan Muda Indonesia



×
Berita Terbaru Update