Notification

×

Iklan

Iklan

Menghidupkan Nilai Pendidikan Melalui Momentum Hari Raya Idul Adha

Friday, 30 May 2025 | 19:29 WIB Last Updated 2025-05-30T12:29:31Z
Dosen prodi PGSD Unisri Surakarta Elinda Rizkasari memberikan opini Nilai Pendidikan pada Hari Raya Idul Adha/Foto : Redaksi


RADARDETIK.ID - Hari Raya Idul Adha, yang dirayakan setiap tanggal 10 Dzulhijjah dalam kalender Hijriyah, lebih dari sekadar momen berkurban. Ia adalah peristiwa spiritual dan sosial yang menyimpan banyak nilai pendidikan, baik untuk individu maupun masyarakat. Sayangnya, di tengah perayaan yang dominan bersifat seremonial—sholat berjamaah, penyembelihan hewan, dan pembagian daging—substansi pendidikan yang terkandung dalam Idul Adha sering kali terlupakan atau bahkan tak tergali.


Idul Adha sepatutnya tidak hanya dimaknai sebagai ritual ibadah tahunan, melainkan sebagai medium pembelajaran hidup tentang ketakwaan, pengorbanan, keikhlasan, solidaritas sosial, hingga pendidikan karakter yang sangat relevan dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini.


Idul Adha: Laboratorium Pendidikan Karakter

Jika kita merujuk pada kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS, kita akan menemukan inti dari pendidikan karakter sejati. Dalam peristiwa pengorbanan yang legendaris itu, Nabi Ibrahim diuji oleh Allah SWT untuk menyembelih putranya, dan Ismail pun menerima perintah tersebut dengan penuh ketaatan. Ini adalah manifestasi nilai-nilai luhur: ketundukan pada kehendak Tuhan, kepercayaan, tanggung jawab, dan keteguhan hati. Semua ini merupakan aspek penting dalam pendidikan karakter yang saat ini sangat dibutuhkan di era krisis integritas dan moral.


Sayangnya, narasi tersebut kerap disampaikan secara dogmatis di ruang-ruang kelas maupun khutbah Id. Anak-anak hanya mendengar bahwa Nabi Ibrahim "rela mengorbankan anaknya" dan Nabi Ismail "patuh terhadap perintah Tuhan", tanpa didorong untuk menggali lebih dalam makna filosofis di balik cerita tersebut. Padahal, jika pendekatan pembelajaran yang digunakan lebih reflektif dan kontekstual, nilai-nilai tersebut akan menjadi modal besar bagi pembentukan generasi berkarakter kuat.


Pendidikan Sosial: Belajar dari Proses Kurban

Salah satu aspek paling nyata dari Idul Adha adalah penyembelihan hewan kurban dan distribusi daging kepada mereka yang membutuhkan. Proses ini menyimpan pelajaran penting mengenai empati, kesetaraan sosial, dan keadilan distribusi. Dalam konteks pendidikan, momen ini bisa dijadikan alat untuk mengajarkan siswa tentang pentingnya berbagi, membantu sesama, dan memperkuat rasa kemanusiaan.


Ironisnya, dalam praktiknya, anak-anak lebih banyak menjadi penonton dalam proses ini. Sangat sedikit sekolah atau lembaga pendidikan yang mengintegrasikan kegiatan kurban dengan pembelajaran aktif. Padahal, jika dilibatkan, anak-anak bisa belajar secara langsung tentang tata cara berkurban, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, dan bahkan memahami pentingnya manajemen logistik serta kerja tim dalam proses pendistribusian daging.


Ruang Edukasi Inklusif di Tengah Perayaan

Idul Adha juga bisa menjadi pintu masuk untuk membangun ruang-ruang edukasi inklusif. Ini saat yang tepat untuk mengajak anak-anak dari berbagai latar belakang ekonomi, budaya, bahkan agama yang berbeda, untuk menyaksikan dan memahami makna solidaritas sosial. Idul Adha bukan hanya milik umat Islam semata, melainkan juga tentang bagaimana sebuah komunitas menunjukkan kepedulian terhadap sesama.


Dalam praktik terbaik, sekolah-sekolah bisa menyelenggarakan kelas terbuka atau program diskusi lintas agama mengenai nilai-nilai universal yang terkandung dalam Hari Raya Kurban. Dengan pendekatan seperti ini, kita tidak hanya menanamkan nilai religius, tetapi juga mendorong tumbuhnya toleransi dan semangat kemanusiaan sejak usia dini.


Peran Keluarga dan Sekolah

Pendidikan tidak bisa dipisahkan dari peran utama dua institusi: keluarga dan sekolah. Idul Adha memberikan kesempatan besar bagi orang tua untuk menanamkan nilai-nilai kebajikan secara langsung kepada anak-anak di rumah. Ketika orang tua melibatkan anak dalam memilih hewan kurban, menjelaskan tujuannya, dan bersama-sama membagikan daging, maka sejatinya mereka sedang mengedukasi secara holistik—emosional, spiritual, dan sosial.


Sementara itu, sekolah sebagai lembaga formal memiliki tanggung jawab untuk menjadikan Idul Adha sebagai bagian dari kurikulum tematik atau kegiatan pembelajaran berbasis proyek (project-based learning). Anak-anak bisa diarahkan untuk membuat laporan, dokumentasi, bahkan riset kecil tentang praktik kurban di lingkungan mereka. Ini bukan sekadar pendidikan agama, tetapi pembelajaran lintas disiplin.


Menuju Pendidikan yang Memanusiakan

Sudah saatnya kita menggeser paradigma perayaan Idul Adha dari sekadar seremoni ke arah transformasi nilai-nilai pendidikan yang menyentuh dimensi kemanusiaan. Ketika Idul Adha dijadikan medium pembelajaran, kita sesungguhnya sedang menanamkan pendidikan yang memanusiakan manusia—sebuah konsep yang telah lama digaungkan Ki Hajar Dewantara.


Momentum ini hendaknya tidak berlalu begitu saja. Dengan menjadikan Idul Adha sebagai ruang pembelajaran nilai, bangsa ini tidak hanya merayakan hari besar keagamaan, tetapi juga menciptakan generasi yang lebih sadar diri, peduli sesama, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.


Penulis :

Dr. Elinda Rizkasari,SPd.,M.Pd

Dosen prodi PGSD Unisri Surakarta



×
Berita Terbaru Update