Notification

×

Iklan

Iklan

HIPGABI Jawa Tengah Bersama Mahasiswa Keperawatan UNIMUS Gelar Edukasi Bantuan Hidup Dasar di Car Free Day Simpang Lima

Sunday, 8 June 2025 | 19:30 WIB Last Updated 2025-06-08T13:23:32Z
Acara pengabdian masyarakat yang dilaksanakan HIPGABI Jawa Tengah dalam acara Care Free Day di Jalan Pahlawan Semarang/Foto : Redaksi


RADARDETIK.ID - Semarang, 8 Juni 2025 –  Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia (HIPGABI) Jawa Tengah bersama Mahasiswa Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) menggelar kegiatan edukasi Bantuan Hidup Dasar (BHD) kepada masyarakat umum dalam rangkaian Car Free Day (CFD) yang berlangsung di Simpang Lima, tepatnya di depan Gedung Balai Pelatihan Kesehatan (BAPELKES) Kota Semarang, pada Minggu pagi, 8 Juni 2025, mulai pukul 06.30 hingga 09.00 WIB.


Kegiatan ini merupakan respons terhadap tingginya prevalensi kejadian henti jantung dan sumbatan jalan napas (tersedak) di masyarakat, yang sering kali tidak mendapatkan pertolongan pertama secara tepat akibat minimnya pengetahuan masyarakat awam dalam melakukan intervensi awal. Ketidaktahuan ini kerap berujung pada kematian yang seharusnya dapat dicegah apabila tindakan penyelamatan dilakukan pada periode emas (golden period).


Pusat Krisis Kesehatan Indonesia sejauh ini memang telah melakukan berbagai upaya edukasi terkait pertolongan pertama, tetapi sebagian besar masih difokuskan pada sektor pemerintahan atau institusi tertentu. Menyadari keterbatasan tersebut, HIPGABI Jawa Tengah mengambil inisiatif untuk memperluas cakupan edukasi langsung kepada masyarakat umum, khususnya di ruang publik seperti CFD yang banyak dihadiri warga dari berbagai lapisan usia.


Melalui kegiatan ini, perawat yang tergabung dalam HIPGABI Jawa Tengah bersama mahasiswa Keperawatan UNIMUS memberikan edukasi secara langsung dan interaktif kepada masyarakat mengenai teknik pertolongan pertama untuk kondisi henti jantung dan tersedak. Edukasi dilakukan dengan demonstrasi praktik kompresi dada atau pijat jantung bagi pasien yang mengalami henti napas, serta teknik Heimlich Manuver pada pasien dengan sumbatan jalan napas. Demonstrasi diperagakan dengan menggunakan pantom bayi, anak-anak, dan dewasa agar peserta memahami variasi tindakan sesuai usia korban.


Setelah penyuluhan dan demonstrasi, masyarakat juga diajak langsung untuk mencoba mempraktikkan tindakan pertolongan pertama tersebut di bawah bimbingan instruktur. Selain itu, para peserta diberi informasi penting mengenai akses layanan kegawatdaruratan, yaitu Ambulan Hebat Semarang yang dapat dihubungi melalui nomor darurat 112 atau 1500-132 untuk situasi darurat medis di luar rumah sakit.


Dalam wawancaranya, Ketua HIPGABI Jawa Tengah Ns. Sri Hartini, S.Kep, menegaskan pentingnya konsistensi kegiatan edukasi seperti ini dalam meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap kejadian gawat darurat di lingkungan sekitar. Beliau menekankan bahwa kecepatan tindakan dalam masa krusial sangat menentukan keselamatan nyawa seseorang.


“Waktu saat melakukan pertolongan pertama itu sangat esensial dalam upaya menyelamatkan nyawa seseorang. Semakin cepat seseorang mendapatkan pertolongan, maka angka harapan hidupnya juga akan semakin tinggi,” ujar Ns. Sri Hartini.


Senada dengan itu, Dosen Keperawatan UNIMUS yang juga terhimpun dalam HIPGABI Jawa Tengah, Ns. Arief Sofyan Baydhowy, M.Kep., Sp.Kep.MB, juga menekankan pentingnya pemahaman Bantuan Hidup Dasar oleh masyarakat umum.


“Bantuan Hidup Dasar sangat penting untuk dipelajari oleh masyarakat umum tanpa memerlukan pelatihan medis khusus. Semakin cepat dilakukan, suplai darah ke otak semakin baik, tingkat keselamatan juga pasti meningkat,” ujar Arief Sofyan.


Salah satu mahasiswa Keperawatan UNIMUS yang turut serta dalam rangkaian kegiatan ini, Safna Fahmae Afinda, juga menyampaikan antusiasme dan harapannya terhadap kegiatan serupa di masa depan.


“Kegiatan ini mendapat respon positif dari masyarakat dan saya merasa senang atas kesempatan untuk memberikan edukasi langsung kepada masyarakat. Akan sangat baik apabila kegiatan ini dilaksanakan secara berkala untuk memaksimalkan upaya meningkatkan kapasitas masyarakat terhadap pertolongan pertama pada kasus kegawatan” tutur Finda.


Kegiatan edukatif ini diharapkan menjadi pemantik gerakan edukasi serupa di daerah lain dan menciptakan masyarakat yang tanggap serta mampu menjadi penolong pertama dalam situasi kegawatdaruratan, sehingga angka kematian akibat henti jantung dan tersedak di luar rumah sakit dapat ditekan secara signifikan.




×
Berita Terbaru Update