![]() |
"Mahasiswa KKN Unisri Surakarta ketika berfoto bersama dengan siswa SD Negeri 1 dan 2 Somokaton"/Foto : Redaksi |
RADARDETIK.ID - Klaten - Kelompok 50 Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (PPM) Universitas Slamet Riyadi (UNISRI) Surakarta mengadakan kegiatan edukatif bertema “Meningkatkan Kesadaran Beretika pada Peserta Didik Sekolah Dasar melalui Aktivitas Mewarnai yang Menyenangkan” yang diadakan pada hari Senin, (4/8/2025) di SD Negeri 2 Somokaton, Karangnongko, Klaten dan pada hari Selasa, (5/8/2025) di SD Negeri 1 Somokaton, Karangnongko, Klaten.
Kegiatan ini merupakan program kerja dari salah satu mahasiswa kelompok 50 KKN PPM UNISRI yaitu Regita Novita Sari, program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNISRI.
Profil Pelajar Pancasila merupakan bentuk penerjemahan tujuan pendidikan nasional. Profil Pelajar Pancasila berperan penting sebagai referensi utama yang mengarahakan kebijakan – kebijakan pendidikan termasuk acuan untuk para pendidik dalam membangun karakter serta kompetensi peserta didik. Profil Pelajar Pancasila terdiri dari enam dimensi, yaitu: 1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2) mandiri, 3) bergotong – royong, 4) berkebhinekaan global, 5) bernalar kritis, 6) kreatif.
Regita Novita Sari dalam menjalankan program kerjanya berlandaskan nilai Profil Pelajar Pancasila. Melalui kegiatan yang ia rancang, ia menekankan pentingnya sikap berakhlak mulia, seperti membiasakan peserta didik untuk menggunakan kata sopan, saling menghargai, dan berperilaku santun di sekolah maupun lingkungan sekitar. Selain itu, ia juga mendorong semangat bergotong royong dengan membangun kerja sama antar peserta didik, guru, dan masyarakat agar setiap program terlaksana dengan baik. Dengan demikian, program kerjanya tidak hanya bermanfaat, tetapi juga menumbuhkan karakter pelajar yang sesuai dengan nilai Pancasila.
“Saya mengambil tema edukasi tentang Meningkatkan Kesadaran Beretika pada Peserta Didik Sekolah Dasar melalui Aktivitas Mewarnai yang Menyenangkan karena saya percaya bahwa menanamkan nilai etika sejak dini akan lebih mudah dipahami anak apabila dilakukan dengan cara yang dekat dengan dunia mereka. Melalui kegiatan mewarnai, anak-anak bukan hanya berlatih kreativitas, tetapi juga belajar menggunakan empat kata ajaib yaitu maaf, tolong, terima kasih, dan permisi, secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, nilai Profil Pelajar Pancasila terutama berakhlak mulia dan bergotong royong dapat tumbuh secara alami dan menyenangkan.”
![]() |
"Mahasiswa KKN Unisri Surakarta bersama siswa SD Negeri 1 dan 2 Somokaton"/Foto : Redaksi |
Kegiatan edukasi beretika melalui aktivitas mewarnai yang menyenangkan ini dilaksanakan di dua sekolah, yaitu SD Negeri 2 Somokaton dan SD Negeri 1 Somokaton. Di SD Negeri 2 Somokaton, kegiatan diikuti oleh 12 peserta didik kelas 2, yang terdiri atas 6 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan. Sementara itu, di SD Negeri 1 Somokaton, kegiatan serupa diikuti oleh 12 peserta didik gabungan kelas 1 dan kelas 2 dengan jumlah total 12 anak.
Meskipun jumlah dan jenjang kelas berbeda, kedua kegiatan ini memiliki tujuan yang sama, yaitu sebagai bagian dari program kerja pembinaan karakter. Melalui kegiatan mewarnai, peserta didik diarahkan untuk menumbuhkan kesadaran beretika, membentuk kebiasaan berbahasa santun, serta menanamkan nilai saling menghargai sejak usia dini. Dengan cara yang sederhana namun menyenangkan, anak-anak dapat belajar mengamalkan empat kata ajaib (maaf, tolong, terima kasih, dan permisi) sebagai wujud nyata Profil Pelajar Pancasila, khususnya dalam dimensi berakhlak mulia dan bergotong royong.
Kegiatan edukasi beretika melalui aktivitas mewarnai diawali dengan penjelasan menggunakan power point dan video animasi tentang perilaku beretika yang baik. Setelah itu, peserta didik menerima lembar gambar yang berisi ilustrasi situasi penggunaan empat kata ajaib (maaf, tolong, terima kasih, dan permisi). Anak-anak kemudian mewarnai gambar sesuai kreativitas masing-masing. Di SD Negeri 2 Somokaton, media yang digunakan adalah “Pohon 4 Kata Ajaib.” Hasil karya peserta didik digantungkan pada pohon, di mana setiap cabang mewakili keempat kata tersebut sehingga anak-anak dapat menghubungkan makna kata dengan visual yang mereka buat sendiri. Sementara itu, di SD Negeri 1 Somokaton, media yang digunakan adalah “Papan 4 Kata Ajaib.” Setelah diwarnai, gambar ditempelkan pada stik es krim dan kemudian dicantumkan pada papan sesuai dengan kategori kata, misalnya maaf, tolong, terima kasih, atau permisi.
Usai sesi mewarnai, suasana semakin meriah ketika Regita, selaku fasilitator, mengajak seluruh peserta didik bernyanyi bersama lagu “Empat Kata Ajaib”. Dalam permainan lagu ini, setiap kali Regita menyebut kata “maaf”, siswa yang memegang papan bertuliskan “maaf” akan mengangkatnya, begitu pula untuk kata “tolong”, “terima kasih”, dan “permisi”. Aktivitas ini membuat anak-anak lebih aktif, semangat, dan memahami makna kata tersebut secara kontekstual melalui pengalaman langsung.
Menurut Regita, tujuan dari kegiatan ini bukan sekadar memperkenalkan empat kata ajaib, tetapi juga menumbuhkan kesadaran beretika pada peserta didik agar mereka terbiasa menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik belajar bahwa mengucapkan “maaf” menunjukkan rasa tanggung jawab atas kesalahan, “tolong” mencerminkan sikap rendah hati saat membutuhkan bantuan, “terima kasih” menjadi wujud penghargaan atas kebaikan orang lain, dan “permisi” adalah tanda menghormati ruang dan kenyamanan orang di sekitar. Dengan metode yang kreatif dan menyenangkan, nilai-nilai ini dapat tertanam lebih kuat dalam diri anak.
Melalui aktivitas sederhana namun bermakna seperti ini, SD Negeri 1 dan 2 Somokaton membuktikan bahwa pendidikan karakter dapat diajarkan dengan cara yang menyenangkan, kreatif, dan mudah diingat oleh anak-anak, sehingga pesan moralnya dapat melekat kuat di hati mereka.