![]() |
"Mahasiswa KKN Unisri Surakarta ketika memberikan pelatihan budidaya kangkung dan ikan lele kepada warga"/Foto : Redaksi |
RADARDETIK.ID - Mranggen – Tantangan pengelolaan limbah plastik, khususnya galon bekas air mineral, semakin mendesak untuk segera diatasi. Limbah plastik yang tidak terkelola berpotensi mencemari tanah, air, dan ekosistem, sehingga diperlukan langkah inovatif untuk mengubahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat.
Menjawab tantangan tersebut, Robi Dwi Diyantoro, mahasiswa Program Studi Agroteknologi Universitas Slamet Riyadi Surakarta, memprakarsai sebuah inovasi pemanfaatan galon Le Mineral bekas sebagai media hidroponik untuk budidaya kangkung sekaligus wadah budidaya ikan lele dalam satu sistem terpadu.
Kegiatan yang dilaksanakan pada 5 Agustus 2025 ini bertempat di RT 14 Klengkungan, Mranggen dan diikuti oleh ibu-ibu warga desa. Tujuannya adalah membekali masyarakat dengan keterampilan mengelola limbah plastik menjadi produk bermanfaat, sekaligus mengenalkan konsep pertanian terpadu yang hemat lahan, hemat air, dan ramah lingkungan.
Dalam pelaksanaannya, warga diajak mempraktikkan langsung proses pembuatan unit hidroponik sederhana dari galon bekas. Galon yang telah dipotong bagian atasnya dijadikan wadah tanaman kangkung dengan sistem hidroponik nutrien film technique (NFT) atau wick system sederhana. Sementara itu, bagian bawah galon dimodifikasi menjadi kolam mini untuk pemeliharaan ikan lele. Air dari kolam lele ini secara alami mengandung nutrisi yang dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman kangkung, sehingga tercipta siklus yang saling menguntungkan (aquaponik sederhana).
“Melalui inovasi ini, kita tidak hanya mengurangi timbunan sampah plastik, tetapi juga menciptakan sumber pangan segar yang dapat dipanen sendiri di rumah,” ujar Robi dalam sambutannya. Menurutnya, sistem ini sangat cocok diterapkan di tingkat rumah tangga maupun kelompok kecil karena biaya pembuatannya rendah, perawatan mudah, dan hasilnya dapat dikonsumsi sendiri atau dijual untuk menambah penghasilan keluarga.
Para peserta tampak antusias mengikuti kegiatan, mulai dari tahap persiapan bahan, teknik perakitan, hingga cara perawatan tanaman dan ikan. Beberapa warga bahkan langsung mengajukan ide untuk mengembangkan konsep ini menjadi usaha bersama kelompok tani atau PKK desa.
Salah satu peserta, Ibu Siti, mengungkapkan rasa senangnya, “Saya baru tahu galon bekas bisa dibuat untuk tanam sayur dan ternak ikan sekaligus. Ini bagus sekali, bisa buat makan sendiri dan tidak perlu beli di pasar setiap hari.”
Dengan adanya program ini, Desa Mranggen diharapkan dapat menjadi contoh penerapan teknologi pertanian sederhana berbasis daur ulang yang efektif dan berkelanjutan. Selain berdampak pada lingkungan, pendekatan ini juga memberikan manfaat nyata bagi ketahanan pangan rumah tangga.
Robi menutup acara dengan mengajak seluruh peserta untuk memanfaatkan ilmu yang telah diberikan dan membagikannya kepada warga lain. “Kalau kita bisa memanfaatkan limbah menjadi sumber pangan, kita tidak hanya menjaga lingkungan, tapi juga menjaga masa depan generasi mendatang,” tegasnya.
Penulis: Robi Dwi Diyantoro
Universitas: Slamet Riyadi Surakarta
Lokasi: Klengkungan, Mranggen, Jatinom, Klaten
Hari/Tanggal: Selasa, 5 Agustus 2025