Notification

×

Iklan

Iklan

“Warga Desa Timbulsloko terus mengalami keresahan setiap harinya namun bertahan dari Rob dengan Peninggian Tanah: Menolak Tenggelam di Tanah Sendiri”

Thursday, 21 August 2025 | 14:09 WIB Last Updated 2025-08-21T07:09:21Z
"Potret salah satu rumah di Desa Timbulsloko yang tengeglam akibat banjir Rob"/Foto : Redaksi


RADARDETIK.ID - Demak - Desa Timbulsloko merupakan desa pesisir pantai Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah. Desa Timbulsloko sudah mengalami banjir rob sejak abrasi tahun 2010. Hingga saat ini Desa Timbulsloko terus kehilangan daratan secara perlahan, sebagian warga desa sudah melakukan relokasi dan membuat rumah apung, namun Sebagian lainnya hanya mengandalkan peninggian rumah.


Pada tanggal 3 Agustus 2025, salah satu mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang melakukan wawancara kepada salah satu warga lokal mengenai tingkat resiliensi warga setempat. Pada salah satu wawancaranya, Ibu Khadijah menyampaikan, “Untuk memantau ketinggian air rob, saat ini kami memantau melalui sistem untuk pemantauan ketinggian air per harinya.”


Di tengah ancaman abrasi dan rob yang tak kunjung reda, warga Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, memilih untuk tidak menyerah. Dengan segala keterbatasan, mereka terus meninggikan tanah dan rumah mereka sebagai bentuk adaptasi terhadap genangan air laut yang kini menjadi bagian dari keseharian para warga, tidak hanya itu sediaan air bersih yang telah tercampur oleh air laut tetap dimanfaatkan oleh warga untuk kebutuhan sehari-hari. 


Sudah lebih dari 10 tahun air rob menggenangi desa. Jalan-jalan utama, pekarangan, bahkan masjid, semua pernah tenggelam. Akan tetapi sebagian besar warga menolak relokasi. Sebaliknya, mereka memilih meninggikan permukaan tanah dengan cara menggunakan tanah urugan untuk mengangkat permukaan rumah mereka.


“Kalau tidak ditinggikan, rumah akan tenggelam. Kami sudah meninggikan rumah sampai dua tiga kali,” ujar Pak Edi, warga Desa Timbulsloko.


Desa Timbulsloko kini dikelilingi air hampir dari segala arah. Bekas lahan tambak berubah menjadi rawa asin. Jalan kampung pun sudah tak lagi terlihat saat air pasang datang. Untuk berpindah tempat, warga membuat jalan panggung dari kayu agar tetap bisa berjalan saat air datang. Namun strategi peninggian tanah ini bukan tanpa risiko. 


Air tetap masuk ke rumah jika curah hujan tinggi dan air rob tinggi. Adaptasi Mandiri yang dilakukan warga dengan mengandalkan inisiatif lokal, gotong royong, dan mengandalkan peninggian untuk tetap tinggal di rumah mereka, serta beberapa program seperti rehabilitasi mangrove yang pernah dijalankan, namun tidak cukup untuk menghentikan rob yang makin tinggi dari tahun ke tahun. Desa Timbulsloko adalah potret nyata krisis iklim dan ketangguhan masyarakat.


Dengan segala keterbatasan, mereka tidak hanya bertahan hidup, tapi juga berjuang mempertahankan akar budaya mereka. Dalam kondisi seperti ini, suara mereka perlu lebih didengar, dan dukungan nyata sangat dibutuhkan agar mereka tidak sendirian menahan gelombang yang terus datang.


Kontributor: Afinda




×
Berita Terbaru Update