Notification

×

Iklan

Iklan

Kolaborasi Kampus dan Desa: Kearifan Lokal Jadi Senjata Lawan Stunting

Friday, 19 September 2025 | 20:26 WIB Last Updated 2025-09-19T13:26:04Z
"Foto bersama kegiatan Cegah Stunting dengan Kearifan Lokal dengan Pengelolaan donor darah hidup"/Foto : Redaksi


RADARDETIK.ID - Bantul, 17 September 2025 – Dalam upaya menurunkan angka stunting dan meningkatkan kesehatan masyarakat di Dusun Karangkulon, Kecamatan Wukirsari, Imogiri, Bantul, DIY, dilakukan serangkaian kegiatan yang mengusung pendekatan berbasis kearifan lokal dan pengelolaan donor darah hidup. 


Kegiatan ini berlangsung sejak bulan Juli hingga bulan September 2025 dan didukung secara penuh oleh pemerintah melalui dana dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi pada Program Pengabdian kepada Masyarakat skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat – Pengabdian Masyarakat Pemula (PMP) tahun 2025. Kegiatan ini diharapkan mampu memberi dampak positif jangka panjang bagi masyarakat Dusun Karangkulon dan sekitarnya dalam upaya mencegah stunting serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat.


Kegiatan ini dimulai dengan Focus Group Discussion yang dihadiri oleh Pak Susilo Hapsoro, S.E (Lurah Wukirsari), Dukuh Karangkulon, perwakilan Puskesmas Imogiri 1, serta Kader Posyandu Shinta yang menjadi mitra utama pelaksanaan program. Dalam diskusi tersebut, dibahas langkah-langkah strategis untuk pemberdayaan kader posyandu dalam peningkatan kualitas kesehatan ibu dan balita.



Kegiatan ini menitikberatkan pada pemanfaatan kearifan lokal dan pengelolaan donor darah hidup sebagai upaya penanggulangan stunting yang efektif dan berkelanjutan. Melalui pendekatan ini, diharapkan masyarakat setempat mampu memahami pentingnya konsumsi nutrisi yang sesuai dan mendapatkan akses donor darah yang aman bagi ibu hamil dan balita, sehingga angka stunting dapat diminimalisir.


Kegiatan ini meliputi pelatihan antropometri dan pengukuran tekanan darah bagi kader posyandu sebagai dasar penilaian status kesehatan masyarakat, serta penyuluhan tentang stunting, penyakit tidak menular (PTM), donor darah, dan pemeriksaan kesehatan lengkap, termasuk pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas (LILA), kadar glukosa dan asam urat, hemoglobin (untuk deteksi anemia), serta golongan darah.


"Foto bersama seusai kegiatan pelatihan antopometri dan pengukruan tekanan darah bagi kader Posyandu"/Foto : Redaksi

Selain itu, masyarakat turut diberikan penyuluhan pengolahan menu makanan berbasis bahan pangan lokal sesuai pedoman gizi seimbang, sebagai bagian dari upaya pencegahan stunting dan PTM. Pendekatan ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya gizi yang cukup dan berimbang serta budaya konsumsi bahan pangan lokal yang berbasis kearifan adat setempat.


“Kami ingin memastikan bahwa program ini tidak hanya bersifat edukatif tetapi juga mampu memberdayakan masyarakat secara langsung,” ujar Desto Arisandi. “Penggunaan kearifan lokal sebagai bagian dari solusi diharapkan mampu meningkatkan keberlanjutan dan efektivitas dari program ini,” tambahnya.



Tim dosen dari STIKES Guna Bangsa Yogyakarta dan STIKES Wira Husada Yogyakarta, yaitu Desto Arisandi, S.KM., M.Sc (Ketua), Novita Puspita Dewi, S.S.T., M.Keb, dan Novita Sari, S.Si., M.Sc, mengungkapkan bahwa program ini bertujuan menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan mandiri, serta mampu memperkuat potensi sumber daya manusia melalui pemberdayaan lokal.


Kegiatan ini turut melibatkan mahasiswa dari berbagai prodi, seperti Teknologi Laboratorium Medis (Edwin Yeremia dan Rijal Ashera Ghani), Kebidanan (Intan Amelia Ambar Astuti dan Melda Nurul Ikhwat), dan Teknologi Bank Darah (Blasius Yulkabala Fonxeka dan Ayu Asriany Malo), yang berperan aktif dalam penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan warga.




×
Berita Terbaru Update